Kasus mengkhawatirkan terjadi di Malaysia, di mana seorang bayi berusia 19 bulan berinisial DAR didiagnosis mengidap kanker ovarium stadium 3. Ibu bayi tersebut, Fallarystia, melaporkan bahwa anaknya sering mengalami sembelit dan kembung, yang membuatnya sangat tidak nyaman. "Anak saya tidak nyaman dan karena dia belum bisa berbicara. Dia hanya menangis ketika kesakitan," ungkap Fallarystia kepada The Strait Times. Kejadian ini memicu perhatian publik dan menimbulkan pertanyaan mendalam mengenai kanker ovarium, termasuk bagaimana cara mengenali gejala-gejalanya, terutama pada anak-anak.
Kanker ovarium umumnya dikenal sebagai penyakit yang lebih sering menyerang wanita dewasa, biasanya di atas 50 tahun. Namun, kasus yang menimpa bayi ini menunjukkan bahwa penyakit tersebut juga bisa terjadi pada anak-anak. Kanker ovarium bisa muncul dengan berbagai gejala, dan mengenali tanda-tanda awal dapat menjadi kunci untuk pengobatan yang lebih efektif.
Beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai, terutama pada anak-anak, antara lain:
- Perut kembung, yang berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari tiga minggu.
- Sembelit yang tak kunjung reda tanpa penyebab yang jelas, bukan karena pola makan yang kurang baik.
- Perasaan kandung kemih penuh, sehingga kemampuan untuk menahan buang air kecil menjadi berkurang.
- Rasa sakit di sekitar perut atau punggung bagian bawah yang dapat berlangsung selama satu hingga tiga minggu. Rasa sakit ini dapat hilang dan timbul.
- Rasa kenyang yang cepat saat makan, karena adanya tekanan dari sel-sel tumor pada perut.
- Penurunan nafsu makan yang diikuti dengan penurunan berat badan.
- Kelelahan yang berkepanjangan tanpa alasan yang jelas.
Selain gejala-gejala tersebut, ada beberapa tanda yang bisa muncul jika kanker ovarium mempengaruhi anak di bawah usia 8 tahun, yang biasanya berhubungan dengan sekresi estrogen. Tanda ini bisa mencakup:
- Pembesaran payudara.
- Pertumbuhan rambut kemaluan.
- Keputihan atau perdarahan.
- Perdarahan menstruasi yang tidak normal.
Kondisi yang dialami oleh bayi DAR sangat serious, dengan laporan bahwa ia memiliki tumor sepanjang 13,5 cm. Untuk mendapatkan perawatan yang sesuai, dokter melakukan operasi untuk mengangkat ovarium kanannya. “Ketika diberi tahu, saya patah hati karena anak saya masih sangat kecil dan ovarium kanannya sudah diangkat,” ungkap Fallarystia, mencerminkan betapa sulitnya menerima diagnosis yang begitu berat untuk anak sekecil itu.
Kasus ini menggarisbawahi pentingnya pemahaman mengenai gejala kanker ovarium dan kesadaran akan kemungkinan terjadinya kanker pada anak-anak, meskipun statistik menunjukkan bahwa insiden ini sangat rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Poin penting lainnya yang perlu ditekankan adalah perlunya mendapatkan perhatian medis segera jika orang tua mencurigai adanya gejala yang tidak biasa pada anak mereka.
Disarankan agar orang tua tidak ragu untuk berkonsultasi dengan dokter ketika mereka melihat adanya tanda-tanda yang mencurigakan. Penanganan dini bisa sangat krusial dalam menentukan hasil pengobatan dan kualitas hidup anak yang menderita penyakit ini.
Seperti yang dinyatakan oleh Dana Farber, kanker ovarium tidak hanya menjadi masalah bagi perempuan dewasa, tetapi juga dapat mempengaruhi anak-anak dengan cara yang berbeda. Sangat penting bagi masyarakat umum untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai kanker ini, termasuk gejala yang mungkin tidak mereka sadari.
Kesehatan anak merupakan tanggung jawab bersama, dan peningkatan kesadaran mengenai kanker ovarium dan gejalanya adalah langkah awal dalam melindungi generasi mendatang. Hal ini juga mencakup edukasi mengenai kapan harus mencurigai adanya masalah, dan kapan harus mencari bantuan dari profesional medis.
Melihat kasus seperti yang dialami bayi DAR, penting bagi kita untuk mengingat bahwa kanker pada anak meskipun jarang terjadi, tetap harus diwaspadai. Kesadaran dan pengertian yang lebih baik mengenai gejala kanker ovarium bisa membantu mencegah diagnosis yang terlambat, dan memberikan kesempatan lebih baik bagi anak untuk mendapatkan pengobatan yang efektif. Di era informasi saat ini, edukasi kesehatan menjadi semakin penting untuk meningkatkan deteksi dini dan pengobatan yang tepat.