Rusia baru-baru ini mengeluarkan daftar resmi yang mencantumkan 47 negara yang dianggap sebagai musuh. Pernyataan ini disampaikan oleh Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin, pada tanggal 21 September. Dalam daftar tersebut, tujuh negara di antaranya dijadikan contoh sebagai "musuh bebuyutan" Rusia. Hubungan yang tegang dengan negara-negara ini berakar dari serangkaian peristiwa sejarah dan kebijakan luar negeri yang saling bertentangan pasca-Runtuhnya Uni Soviet.
Pertama dalam daftar adalah Amerika Serikat (AS). Hubungan antara Rusia dan AS sejak era Perang Dingin telah ditandai oleh ketegangan yang berlarut-larut akibat perbedaan ideologi antara komunisme Rusia dan demokrasi barat. Konflik ini memuncak setelah kedua negara menjadi superpower di dunia, di mana mereka saling bersaing dalam berbagai bidang, termasuk ekonomi, teknologi, dan militer. Meskipun Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an, ketidakharmonisan antara Rusia dan AS tetap ada, terutama setelah Rusia mengadopsi sistem pemerintahan yang semakin otoriter.
Ukraina menjadi musuh kedua dalam daftar. Sejarah hubungan antara Rusia dan Ukraina sangat kompleks. Setelah Ukraina menyatakan merdeka dari pengaruh Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet, ketegangan semakin meningkat ketika pada tahun 2014, Rusia melakukan aneksasi terhadap Krimea. Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 2022 menandai puncak konflik antara kedua negara. Klaim Rusia tentang "denazifikasi" Ukraina semakin memperburuk situasi, menjadikan Ukraina sebagai salah satu musuh utama Rusia.
Inggris, sebagai sekutu dekat AS, juga termasuk dalam daftar musuh Rusia. Sejak mendukung Ukraina dalam konfliknya dengan Rusia, Inggris telah memperketat hubungan perdagangan dan melancarkan sanksi terhadap negara tersebut. Hubungan yang sudah tegang bertambah buruk setelah insiden serangan racun terhadap mantan agen Rusia, Sergei Skripal, pada tahun 2018. Sebagai anggota NATO, Inggris tampaknya berkomitmen untuk melawan pengaruh Rusia di Eropa.
Polandia, yang bertetangga langsung dengan Rusia, menunjukkan sikap mengkritik keras invasi Rusia di Ukraina. Sebagai anggota NATO yang aktif, Polandia tidak hanya mendukung Ukraina dengan bantuan militer dan kemanusiaan, tetapi juga ikut memberlakukan sanksi terhadap Rusia. Trauma sejarah ketika Polandia berada di bawah pengaruh Uni Soviet pada era Perang Dingin semakin menguatkan posisinya sebagai negara yang berseteru dengan Rusia.
Jerman, yang memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Rusia, mengalami perubahan drastis dalam pemerintahan publik dan pendapat politiknya sejak invasi Rusia ke Ukraina. Meskipun Jerman telah berinvestasi dalam kerjasama energi dengan Rusia, pandangan politik saat ini mendukung upaya untuk menjatuhkan sanksi dan memberikan dukungan kepada Ukraina, menempatkan Jerman sebagai salah satu musuh utama dalam perspektif Rusia.
Perancis, negara kuat di Eropa lainnya, memainkan peran serupa dalam hal mendukung Ukraina. Sebagai anggota NATO, Perancis tidak ragu-ragu untuk mengutuk tindakan Rusia dan terlibat dalam pembicaraan internasional untuk menekan pengaruh Rusia. Dukungan Perancis terhadap Ukraina, dalam bentuk sanksi ekonomi dan diplomasi, mencerminkan sikap tegas negara tersebut terhadap kebijakan luar negeri Rusia.
Tak ketinggalan, Jepang juga tercatat dalam daftar ini. Meski Jepang dan Rusia memiliki dialog berkelanjutan terkait sengketa wilayah Kepulauan Kuril, ketegangan semakin meningkat akibat invasi Rusia ke Ukraina. Jepang menanggapi situasi tersebut dengan menjatuhkan sanksi tambahan, memperparah hubungan yang sudah tegang akibat sejarah panjang pertikaian wilayah.
Daftar negara yang dianggap sebagai musuh oleh Rusia tersebut menunjukkan gambaran kompleks tentang hubungan internasional saat ini. Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan banyak negara menunjukkan solidaritas terhadap Ukraina, yang pada gilirannya meningkatkan tekanan terhadap Rusia dari komunitas internasional. Ketegangan ini berpotensi memengaruhi stabilitas geopolitik di Eropa maupun kawasan lain di dunia, di mana hubungan bilateral dan komitmen aliansi mulai diuji di tengah perubahan kebijakan luar negeri yang semakin agresif.
Berdasarkan latar belakang ini, kesan bahwa Rusia dikelilingi oleh musuh adalah gambaran dari realitas politik global saat ini. Setiap langkah dan keputusan yang diambil oleh negara-negara dalam daftar ini akan menjadi bagian dari dinamika geopolitik yang lebih besar, memerlukan perhatian dan analisis yang cermat dari para pemangku kepentingan internasional.